Senin, 23 Juli 2012

Ada batu di ginjalku

Rabu sore, tepatnya tanggal 11 Juli 2012, saat sedang berkunjung ke rumah orang tua saya di Desa Sungaibinjai, Kabupaten Bungo, tiba-tiba saya merasakan sakit perut yang amat luar biasa. Pinggang saya terasa panas dan muntah-muntah seakan tak pernah mau berhenti untuk menguras seluruh isi perut saya. Peristiwa ini dipicu setelah saya menyantap habis satu porsi martabak india pakai kuah kari daging sapi. Sebetulnya tidak terlalu pedas, kecuali ada sedikit irisan cabe rawit, bawang merah dan sedikit cuka makan dicampur kecap manis sebagai sausnya. Sehari sebelumnya, saya memang  makan gulai jengkol dan membuat pinggang saya terasa hangat dan sengal-sengal.

Akibat rasa sakit yang luar biasa itu, akhirnya saya digotong ke tempat praktek dokter Topan di Pasar Muarabungo. Betapa terkejutnya saya saat hasil USG dokter spesialis penyakit dalam tersebut menyebutkan bahwa ada batu di ginjal saya sebesar biji kacang tanah. Kata dokter itu, posisi batu sudah berada di kantong kemih, dan itulah sebabnya kenapa saya merasakan sakit yang luar biasa akibat makan jengkol dan saus martabak india tadi yang mengandung cuka dan cabe rawit. Inilah pemicu sehingga saya akhirnya dirawat selama tiga malam di RSUD Hanafie Muarabungo.

Keesokkan harinya saya dironsen dan ternyata memang ada bulatan putih sebesar biji kacang tanah di sekitar kantong keming bagian bawah, sepertinya tidak jauh dari saluran kemih. Betapa ngerinya saya dan sangat tidak bisa terlukiskan betapa sakitnya tatkala nanti batu itu berangsur ke luar melalui saluran kemih saya yang diamaternya sangat tidak sebanding dengan ukuran batu keparat tersebut. Saya benar-benar merasa terpukul oleh penyakit ini, apalagi saat merasakan saya semakin sulit kencing dan selalu mengandung darah dalam cairan kemih saya. Oh...Tuhan,  saya merasa hidup ini sudah tidak berapa lama lagi akan berakhir saat saya membayangkan betapa menderitanya seseorang yang mengalami kerusakan ginjal alias gagal ginjal.

Barulah setelah istri dan anak-anak saya jauh-jauh datang dari Kota Jambi, perasaan saya sedikit terhibur. Melihat wajah orang-orang yang saya cintai itu membuat saya mulai kuat lagi untuk terus bertahan dan senantiasa berpura-pura tidak sakit dihadapan mereka. Sesunggunya saat saya mau menginjakkan kaki ke lantai untuk menuju kamar mandi saja rasanya sudah tidak kuat lagi tubuh ini untuk berdiri, tetapi saya paksakan terus dan selalu berusaha untuk tersenyum di hadapan wajah-wajah yang penuh dengan kecemasan itu. Tiga hari dirawat seadanya, saya tidak merasakan perubahan yang berarti kecuali rasa sakit di perut dan pinggang mulai berkurang. Sementara batu tersebut masih bersarang dalam perut saya.

Akhirnya saya dan keluarga memutuskan untuk kembali ke Kota Jambi. Selama enam jam pernjalanan darat, sungguh bukan sesuatu yang amat menyenangkan bagi seorang penderita batu ginjal seperti saya.Tetapi saya berusaha untuk senantiasa terlihat tegar dan kuat di mata keluarga. Laki-laki tidak boleh cengeng, itulah yang selalu saya ajarkan kepada anak-anak saya.  Di rumah, keceriaan selalu saya upayakan dengan cara mengajak anak-anak bercanda seperti biasa. Tetapi istri saya tahu bahwa sesungguhnya jiwa dan bathin saya menderita. Kami tahu bahwa ini adalah penyakit serius dan butuh biaya yang tidak sedikit untuk mengobatinya. Tiga hari kemudian, tepatnya malam pertama bulan suci Ramadhan 1433 Hijriah, saya dan istri memberanikan diri ke tempat praktek spesialis urologi di Mayang Medical Center (MMC), satu-satunya ahli urologi di Jambi. Sejujurnya, kami tidak mempunyai cukup uang, apalagi saya hanya bekerja di sebuah perusahaan kecil yang saat ini belum memiliki banyak proyek.  Ternyata benar dugaan kami, uang yang kami miliki malam itu hanya cukup membayar dokter dan menembus resep, sedangkan untuk ronsen lengkap dan sebagainya terpaksa kami tunda dulu. Apalagi rencana dokter itu untuk melakukan tindakan ESWL atau oprasi, kami belum bisa menyanggupi total angka puluhan juta rupiah itu.

Di rumah, istri saya bilang, ayah harus berobat dan teruslah berobat sampai sembuh. Janji ayah membeli baju koko dan sarung baru untuk anak-anak shalat taraweh tunda saja dulu, baju lebaran dan kuae-kue gak usaha dipikirkan, lagi pula lebaran masih lama. Yang penting sekarang ayah harus sehat seperti dulu lagi. Ooh...Tuhan, tanpa terasa air mata ini menetes ke pipi, sesuatu yang amat jarang bahkan belum pernah terjadi sejak saya dewasa, begitu pula merasakan dirawat dan diinfus di rumah sakit, seumur hidup baru inilah saya alami. Jangankan polis kesehatan asuransi atau tabungan puluhan juta rupiah, harta yang pantas untuk dijualpun kami tidak punya selain rumah tipe 36 yang sudah 12 tahun kami huni. Mobil kantor tidak mungkin bisa dijual, apalagi sepeda motor yang belum selesai masa kreditnya. Pensiun sebagai wartawan dengan masa kerja 20 tahun, tidak membuat saya memiliki tabungan dan harta yang banyak. Tetapi saya puas dan bangga dengan ketiadaan ini karena tidak ada yang tersakiti oleh saya hingga profesi mulia itu saya tinggalkan sejal lima tahun silam.

 Saat menulis di blog ini, saya hanya berdoa dan terus berharap adanya keajaiban dan mukjizat dari Allah SWT yang dengan cara apapun bisa menyembuhkan penyakit di tubuh ini. Rasa perih dan sulitnya buang air kecil masih terus saya rasakan. Saya kian gundah setelah dokter urologi di MMC bilang bahwa batu ginjal saya sebenarnya belum di kantong kemih tetapi masih berada di ginjal sebelah kiri. Jadi masih perlu perawatan insentif dan sungguh-sungguh. Saya mengerti betapa buruk efeknya bila saya tidak segera mengambil tindakan. Tetapi apa yang bisa saya lakukan? Jangankan untuk bekerja keras mencari tambahan penghasilan, membawa mobil ke kantor saja terkadang saya harus berkeringat dingin menahan sakit. Bila membawa beban berat, maka air kemih saya akan kemerahan seperti air putih bercampur darah.

Adakah diantara pembaca yang memiliki saran terbaik buat saya? Mungkin ada resep herbal yang amat mujarap yang pernah Anda ketahui dari orang lain. Saya tunggu kebaikan hati Anda di halaman ini, Terima kasih tiada terbalas dari saya. Semoga Anda tidak akan pernah mengalami penyakit seperti saya.Wassalam!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar