Rabu, 01 Agustus 2012

Bom Meledak, Bupati Datang

INI ADALAH  cerita tertinggal selama tiga hari saya dirawat di RSUD Hanafie Muarabungo akibat penyakit batu ginjal. Selain merasakan sakit yang luar biasa akibat batu keparat yang bersarang di ginjal sebelah kiri (ini ketahuan setelah cek up di MMC), saya juga merasakan perut kembung yang sangat tidak nyaman. Saya pastikan ini gara-gara setelah perawat memasukkan  obat penahan sakit lewat anus saya saat malam pertama saya dirawat di rumah sakit itu. Rasa sakit memang sedikit berkurang tapi sejak itu pula saya tidak bisa kentut alias buang angin. Mungkin Anda bisa membayangkan bagaimana rasanya perut kembung dan tidak bisa kentut selama dua hari...hehehehehe

Sehabis magrib, istri saya buru-buru melaporkan perihal penting ini ke perawat di ruang jaga. Mereka bilang saya harus bersabar menunggu obat yang nanti akan diantarkan langsung ke kamar. Tetapi saya sudah tidak sabar, dan sesuai anjuran istri saya juga, saya disuruhnya terlungkup seperti tentara tiarap untuk beberapa saat lalu nungging seraya menekan otot perut dari dalam. Berulangkali "resep" ini saya lakukan, hingga entah kali berapa akhirnya "bom" maut itu langsung meletus, dan dapat pula Anda bayangkan betapa "sedapnya" aroma ruangan 3 x 3 meter itu..hehehehehe

Saya benar-benar merasa lega. Spontan istri dan anak-anak saya tertawa terpingkal-pingkal sambil menutup hidung mereka. Tetapi tawa kami langsung tersenyap saat tiba-tiba menyaksikan pintu kamar sudah terbuka dan di depan pintu sudah berdiri seorang pria ganteng berbadan tegap sambil mengucapkan salam. Di belakangnya berdiri seseorang yang saya ketahui itu adalah sopirnya sambil membawa keranjang kecil berisi buah-buahan. Pria ganteng itu tidak lain adalah H. Sukandar, Bupati Kabupaten Tebo. Tebo adalah kabupaten tetangga Muarabungo lebih kurang satu jam perjalanan. Seketika istri saya langsung menyambutnya. "Aduh..maaf pak bupati, mari silahkan masuk..ini abang baru saja buang angin", ujar istri saya terbata-bata.

Sepertinya sang tamu juga sedang mencium bau tak sedap itu. Sayapun ikut merasakan malu dan gugup. "Ah gak apa-apa ibu, untung bisa keluar anginnya, kalau nggak ntar biaya berobatnya bisa lebih besar lagi," balas sang bupati dengan gaya bicaranya yang amat bersahabat dan penuh kekeluargaan.  Suasanapun menjadi cair dan kamipun akhirnya bicara akrab dengan sang bupati yang biasa saya sapa dengan sebutan Mas Sukandar. Sejak ikut menjadi tim suksesnya setahun lalu hingga akhirnya dia terpilih menjadi bupati, saya dan keluarga memang cukup akrab dengan perantau dari Jawa yang menjadi bupati di salah satu kabupaten di Jambi tersebut. 

Sebagai keluarga yang hidup amat sederhana seperti kami, maka kedatangan tamu istimewa seperti bupati tentu amatlah menyenangkan sekaligus membanggakan. Entah kenapa, sejak itu pelayanan di rumah sakit tersebut berubah menjadi lebih baik kepada saya. Obat-obatan tidak lagi datang terlambat, semua perawat yang memeriksa saya penuh senyum manis, dan perlahan rasa sakit yang saya rasakan mulai berkurang. Keesokan harinya saya langsung chek out untuk melanjutkan berobat ke MMC yang tidak jauh dari rumah saya di Kota Jambi.  Terima kasih Pak Bupati, dan terima kasih yang tulus juga kepada dr Topan dan para perawat di RSUD Hanafie.


2 komentar:

  1. terima kasih telah mengunjungi unknown blog...
    http://unknown-mboh.blogspot.com/
    follow blogku akan saya followback.. tapi nanti tulis di cbox saya untuk konfirmasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah ane follow sob..thanks ya sdh koment di sini

      Hapus